Di sebuah
blog saya pernah membaca, bahwa sebuah buku bisa jadi menginspirasi kita karena buku itu berkaitan dengan kita, kita yang punya kepentingan dengan buku itu, atau ketika buku itu sampai ke tangan kita pada momen yang tepat. Bagi saya, buku yang ingin saya ceritakan ini masuk kategori yang terakhir. Mungkin buku ini bukan kategori buku bagus,
best seller atau bahkan bisa jadi kalian tidak mengenal penerbit dan penulisnya. Namun kenyataannya buku inilah yang mengantarkan saya untuk berubah menjadi seperti saya yang sekarang.
Saya membaca buku ini tahun 2006. Ketika itu usia saya masih 16 tahun. Dan, memang buku ini benar-benar seperti harta karun yang saya dapatkan ketika saya mulai putus asa menghadapi hidup. Mungkin sebagian kalian tak percaya, beban hidup seperti apa yang dihadapi seorang remaja 16 tahun? Tapi saya bukan ingin menceritakan pengalaman gelap saya di masa lalu. Saya ingin menceritakan kisah hijrah saya bersama buku ini.
Ketika membaca buku ini saat itu, entah bagaimana tiap bagian buku ini begitu menyentuh hati saya. Tema-tema bahasan di buku ini sangat umum, namun penulis (
dan penerjemah) seperti mampu mengolah katanya menjadi begitu lembut tapi mengena. Dalam keadaan kalut waktu itu, saya menyelesaikan buku berhalaman 264 ini dalam waktu kurang dari 24 jam. Padahal buku ini bukan novel, bahkan banyak dalil bertebaran di sana sini dan banyak kalimat yang diulang-ulang. Tapi justru di situlah kekuatannya. Tiap kalimat yang terulang seolah menguatkan argumen sebelumnya, tiap dalil yang ditulis lagi seperti menarik-narik saya untuk segera bertaubat.
Buku ini terbagi menjadi 10 bab. Tiap babnya membahas cara-cara agar kita bisa memiliki hati yang bening sebening mata air. Persis seperti judul bukunya. Dan buku ini sendiri merupakan satu dari trilogi buku manajemen qalbu karya Amru Khalid. Dan saya jamin, buku-buku Amru Khalid yang lain juga punya kwalitas sebagus buku ini.
Bahasa yang lembut, santun, seolah merangkul tanpa menghakimi menjadi ciri khasnya. Biasanya, ketika kita membaca buku maka kesan yang didapat adalah seperti 'ditampar' kan? Buku ini sama sekali tidak begitu. Ya, gaya menulisnya seperti guru yang menasihati. Tapi nasihat yang menenangkan, menyadarkan dan menggerakkan. Apalah bedanya nasihat atau perkataan apapun asalkan bermanfaat bagi yang menyimak. Saya benar-benar sukses menyesali diri selama membaca buku ini, tiap membaca bagian yang menyentuh hati langsung saya menangis sesenggukan tanpa bisa ditahan.
Salah satu bagian buku yang berhasil membuat air mata saya turun deras adalah di halaman 78 pada bab Taubat;
Sebagian orang mengatakan, "Aku menyesal, hatiku terasa perih tetapi aku tak mampu bertekad kuat. Aku tak mampu berjanji tidak mengulangi atau mengulangi dosa itu lagi." Saya katakan, orang seperti itu berjiwa kerdil. Ketahuilah, kita hanya memiliki dua solusi.
Mau tahu lanjutannya? Silakan beli bukunya :)
Bukan hanya mengingatkan kita pada dosa-dosa yang sering kita buat, Amru Khalid di buku ini juga memberikan harapan yang bukan sekadar janji. Kita semua tahu bahwa janji Allah adalah pasti, namun Amru Khalid mampu meyakinkan saya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan saya dengan janjiNya.
Sampai hari ini saya masih sering melihat buku ini di toko buku Islam di Bandar Lampung. Dan banyak toko buku online yang masih menjualnya dengan cover yang sama. Itu membuat saya berasumsi bahwa buku ini memang benar-benar bagus. Walaupun sekarang ketika saya membaca ulang buku ini, perasaan yang muncul sudah tidak sedalam ketika pertama kali membacanya tapi saya yakin bahwa buku ini sangat layak menjadi teman ketika hati kita mulai gelisah dan butuh sentuhan lembut seorang yang menenangkan. Kita akan diajak untuk merenung dan melihat ke dalam diri sendiri dan memperbaiki diri dengan bercermin pada diri sendiri, bukan orang lain.
0 Comments