Konsep Beragama Vs Spirit Beragama; 29 November 2012


Kuliah pagi ini diawali dengan curhatan dosen saya yang mengungkapkan kegelisahannya terhadap kondisi perguruan tinggi islam, terutama tempatnya mengajar. Beliau mengatakan, terkadang terpaksa berijtihad untuk meng-cut jadwal kuliah yang bertabrakan dengan jam shalat dzuhur. Mungkin hal itu yang membuat beliau akhirnya mengajar kuliah pagi hari, bisa jadi karena beliau yang meminta. Dulu waktu saya semester 3, beliau mengajar jam 10 hari jumat. Dan tiap selesai kuliah, beliau langsung tancap gas mobilnya bergegas pulang.

Jika di institusi islam sendiri semangat beragama tidak ada, bagaimana mungkin para cendekiawan islam ini akan mendakwahkan islam kepada masyarakat. Lalu beliau mulai bercerita, bahwa mungkin ada yang salah dengan sistem pendidikan bagi para peserta didik di lembaga-lembaga islam. Di beberapa pesantren –tidak boleh dibilang semua-, ilmu agama yang dipelajari hanya sebatas konsep. cobalah bertanya tentang agama kepada para alumni institusi/lembaga pendidikan islam, insyaallah mereka akan sanggup menjelaskan dengan detil dan jelas bahkan tahu nash-nash qath’i-nya. akan tetapi, bagaimana dengan semangat beragama mereka? jawabannya, lihatlah di iain ini sebagai contohnya. berapa banyak mahasiswa yang mau shalat berjamaah? padahal shalat berjamaah itu bisa menjadi alat ukur persatuan umat. sementara persatuan umat ini adalah salah satu problem besar yang jadi PR umat islam saat ini. jika di lembaga pendidikan ini saja kita tidak bisa menghidupkan nuansa ukhuwah islam, lalu bagaimana di masyarakat?

konsep beragama saja tidak cukup, karena islam ini bukanlah sekadar konsep. islam ini agama yang butuh aplikasi. kita tidak hanya butuh tahu fadhilah shalat tahajjud, shaum sunnah, dzikir, dll tapi kita diminta untuk mengamalkannya. kita diwarisi al quran bukan hanya sekadar untuk dibaca, dihafal dan dijadikan pusaka tapi lebih dari itu adalah untuk mengamalkan isinya. itulah mengapa kemudian lahir generasi-generasi baru muslim militant yang justru muncul bukan dari kampus islam. kelahiran mereka justru dari kampus-kampus ‘konvensional’ yang notabene mahasiswanya pun kebanyakan ‘konvensional’. tapi justru mereka memahami agama melalui sudut pandang yang berbeda, tidak berhenti pada konsep. jika ditanya konsep, mereka mungkin hanya bisa mengutip satu dua ayat alquran dan beberapa hadits. tapi lebih dari itu, mereka memiliki spirit beragama yang membuat mereka istimewa. mereka meyakini islam bukan hanya konsep, tapi peradaban. dan mereka paham betul, bahwa peradaban bisa lahir dari hanya kebiasaan-kebiasaan kecil para pengusungnya. maka terkenallah jamaah masjid salman itb, arif rahman hakim ui, dll. dan lucunya, sementara para mahasiswa itu sibuk mengamalkan ajaran islam dengan benar, di iain justru sibuk mencari islam mana yang paling benar.

saya senyum-senyum sendiri mendengar penuturan dosen saya. dalam hati, saya berharap adik-adik tingkat saya ini bisa paham pada apa yang beliau sampaikan dan mengamalkannya.

Post a Comment

0 Comments