Tahfidz Dulu, Tahsin Belakangan (?!)

Setiap kali bertemu dengan calon siswa baru yang mendaftar di sekolah, pertanyaan pertama yang saya ajukan ke mereka adalah, "Kenapa pengen sekolah di sini?" Pertanyaan klasik? Ya. Dan jawaban yang saya dapat juga rata-rata juga klasik, "Karena mau menghafal Al-Qur'an." Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin harapan untuk menghafal Al-Qur'an dianggap kesalahan.


Kita memang patut bersyukur saat ini banyak sekali lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Dan hampir bisa dipastikan semua lembaga pendidikan punya program unggulan Tahfidz Al-Qur'an. Belum lagi pelatihan-pelatihan instan yang bermacam-macam jenisnya, dari yang waktunya 2 tahun hafal 30 juz sampai yang menjamin hafal 30 juz dalam waktu sebulan. Luar biasa! Orang-orang kemudian berduyun-duyun mendaftar, mengikuti program-program hafalan Al-Qur'an. Berebut dan bersaing agar bisa menjadi Haafidzul Qur'an. Sekolah-sekolah Islam diserbu para orangtua yang ingin agar anaknya menjadi penghafal Al-Qur'an.

Tapi sayangnya, semangat menjadi penghafal Al-Qur'an itu belum diimbangi dengan semangat memperbaiki bacaan Al-Qur'an. Saya tidak tahu siapa yang mengajarkan orang-orang agar menghafal Al-Qur'an tanpa membaguskan tajwidnya. Sering sekali saya menjumpai siswa atau murid, yang semangat sekali menghafal bahkan yang sudah banyak hafalannya tapi ternyata kacau bacaan Al-Qur'an nya. Bagaimana bisa? Karena mereka menghafal dari mendengar murattal, mengikuti ucapan guru tanpa dengan teliti membaca Al-Qur'an.

Saya sih berharap kasus seperti ini hanya ada di sini. Jangan sampai kita terlena dengan janji Allah mendapat jubah cahaya di akhirat karena hafalan Al-Qur'an tapi tak peduli pada syarat utamanya. Demi Allah, di zaman Rasulullah tidak ada satupun sahabat Rasul yang hafal Al-Qur'an tapi tak bisa baca Al-Qur'an. Baguskanlah dulu bacaanmu, baru bersemangatlah menghafal. Karena untuk apa banyak hafal, tapi tak bisa baca?

Untuk orang tua, bisakah tolong ganti pertanyaan Anda ketika bertemu kami --para guru--. Yang biasanya kami ditanya, "Bagaimana perkembangan hafalan anak saya?" cobalah ganti dengan, "Apakah anak saya sudah lancar membaca Al-Qur'annya?" Saya akan sangat senang jika ada orang tua yang bertanya seperti itu.

Post a Comment

0 Comments