Nikmatnya Sakit bagi Muslim

2016 sudah hampir berakhir, dan saya masih saja stay di asrama. Tak beranjak.

Sebenarnya kami sudah punya beberapa rencana untuk liburan ini. Di antaranya adalah pulang ke kampung saya untuk menitipkan anak-anak ke rumah budenya karena saya dan suami akan pergi ke Lampung Barat tanggal 31 Desember nanti. Bukan untuk tahun baruan, tapi dalam rangka Family Gathering dan kondangan ke walimahnya salah satu karyawan sekolah kami. Tapi semua rencana liburan itu kayaknya bakalan mengendap karena sampai tanggal 28 ini, kami masih ayem-ayem saja.

Bukan tanpa alasan kalau saya tidak ingin ke mana-mana selama liburan ini. Pertama, saya lelah. Sangat lelah setelah sejak awal bulan Desember ini beberapa kegiatan sekolah yang menguras tenaga harus saya ikuti. Ditambah lagi, saya harus membawa anak yang pasti membuat tubuh saya makin lelah. Alhamdulillah waktu kemarin ada pelatihan untuk guru selama 3 hari, ibu saya bisa datang ke sini dan membantu menjaga anak-anak di rumah sehingga saya sangat tertolong. Namun begitu, tetap saja saya ambruk tepat sehari setelah ibu saya pamit pulang lagi ke kampung. Saya langsung sakit. Jadi alasan kedua kenapa saya nggak ke mana-mana, jelas karena saya nggak bakalan sanggup buat pergi-pergi. Plus, cuaca yang benar-benar tidak menentu membuat kami yang nggak punya mobil ini pasti selalu mikir-mikir kalau mau pergi. Kadang masih di rumah cuaca cerah, tapi tiba-tiba ketika baru 5 menit bawa motor langsung hujan deras. Kalau cuma berdua saja sih nggak masalah, tapi kalau bawa krucil dua biji kan jadi kasihan. Jadinya berabe kalau anak-anak yang sakit. Maka saya putuskan, sudah cukup saya saja yang sakit.

Seharusnya sakit ini sudah bisa saya antisipasi. Saya sudah hafal, setiap badan mulai merasa kelelahan pasti tidak lama saya akan sakit. Tapi itulah, seringkali saya abai pada tanda-tanda yang diberikan tubuh sampai akhirnya benar-benar terkapar. Barulah kemudian menyesal. Sejak hari terakhir pelatihan saya sudah mulai merasakan sakit di tenggorokan. Tapi saya biarkan saja, kayak nggak ngeh gitu kalau mau sakit. Jadilah 3 hari yang lalu, saya mulai demam dan suara saya habis, plus hidung meler tak tertahankan.


Begitu sudah sakit, barulah saya menggerutu sendiri. Menyesal kenapa kemarin ketika masih serak-serak di tenggorokan nggak minta dibelikan Habbatus Sauda sama suami. Dan di situlah pelajarannya. Salah satu hikmah sakit bagi muslim memang adalah untuk mengingatkan kita dari kelalaian yang kita lakukan ketika masih sehat. Sering kan, ketika sakit kita tiba-tiba langsung ingat kematian dan terbayang dosa-dosa yang sudah kita lakukan? Atau dalam skala kecil ya inilah, sadar kalau sehat ini adalah nikmat yang memang harus kita jaga dengan serius.


Terus terang saya sendiri tidak tahu kenapa saya mudah sekali terserang flu. Sejak masih anak-anak sampai sekarang, penyakit saya sepertinya ya cuma ini. Tapi subhanallah, menderitanya luar biasa. Saya tidak tahu apakah orang lain merasakannya juga, tapi seringkali orang-orang di sekitar saya sampai heran kalau melihat saya sedang sakit. Mata saya pasti akan sembab selama sakit karena menangis. Bukan menangisi penyakit, tapi memang air mata yang mengalir sendiri berbarengan dengan lendir yang cair persis air. Jadi kalau yang meler hidung sebelah kanan, mata kanan akan ikut nangis. Kalau yang meler pindah ke hidung sebelah kiri, mata kiri juga nggak mau kalah ikutan meler. Jadi, kalau saya meler seminggu maka seminggu itulah saya akan menangis setiap hari. Hidung harus selalu disumpel tisu karena kalau tidak pasti air akan menetes-netes seperti genteng bocor kehujanan. Dan percayalah, itu membuat aktifitas saya sangat terganggu. Saya bahkan pernah berdoa khusus untuk pilek saya ini. Nggak pa-pa demam sampe seminggu tapi jangan pake pilek Ya Allah... :(

Saya sendiri nggak pernah ingin berobat ke dokter kalau sedang sakit, karena pernah sekali berobat dan ternyata sembuhnya sama aja waktunya dengan nggak berobat. Sudah minum obat, nggak sembuh juga. Mending nggak usah minum obat, tapi sembuh kan?! Cuma satu saja yang harus punya stok banyak; SABAR. Mungkin memang sudah rencana Allah menjadikan flu sebagai penyakit rutin saya, --dulu, bahkan bisa sebulan sekali saya kena flu--. Dan mungkin kalau saya kena sakit lain, belum tentu bisa sekuat ini menanggungnya. --padahal rasanya sudah seperti orang paling menderita sedunia--. Dan, memang benar kalau kita mengikhtiarkan sekuat apapun kalau Allah belum berkehendak maka pasti tak akan ada hasilnya.

Tapi indahnya Islam, Masya Allah. Setiap kali saya merasakan sakit, ketika shalat dan tak sempat mengelap ingus yang menetes di mukena saat ruku' dan sujud Alhamdulillah saya masih diingatkan oleh Allah bahwa semua rasa sakit yang menimpa kita --manusia-- ini pasti akan jadi penghapus dosa jika kita ikhlas menjalaninya.

Maka ketika saya menulis ini, saya menulis sebagai bentuk kesyukuran masih diberikan nikmat sakit oleh Allah agar saya ingat bahwa kesehatan adalah sesuatu yang harus saya syukuri. Saya kembali mengingat bahwa ada banyak peluang kebaikan jika saya menghadapinya dengan kesabaran. Saya juga bersyukur bahwa sakit yang saya derita ini belum ada apa-apanya dibanding penyakit orang lain yang bisa jadi nyawa adalah taruhannya jika penyakitnya kambuh. Lah saya cuma pilek bulanan, udah minta diskonan. Dan saya juga bersyukur, karena pasti karena takdir Allah saya menemukan hadits bahwa penyakit demam --yang selalu membarengi flu saya ini-- dapat menyelamatkan saya dari api neraka.

Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)

Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih)

Post a Comment

0 Comments