“We may strive, with good reason, to escape the past, or to escape what is bad in it, but we will escape it only by adding something better to it.”
Tiba-tiba saya
kembali merasa terluka. Bahkan sepertinya lebih sakit dari yang pernah saya
alami sebelumnya. Meskipun kini tanpa air mata –yang entah sejak kapan sudah
tak pernah mengalir lagi-, tapi perih itu terasa, seperti bekas luka yang
tersayat kembali.
I’ve never felt like
this before. Menceritakan masa lalu pada orang lain yang, bisa saja setelah
mendengarnya dia akan berpikiran negatif terhadap saya –walaupun ternyata
tidak-. Seolah-olah tembok besar yang selama ini menjadi pembatas antara kami
langsung runtuh dan saya tidak bisa bersembunyi lagi. Saya benar-benar ingin
lari, tapi tidak bisa. Saya membeku.
Meskipun selama ini saya
sudah berusaha menghapus segala keburukannya dengan berbuat sebaik yang saya
bisa, tapi rasa bersalah itu tak pernah bisa hilang ketika mengingatnya. Dan
kenapa harus ada yang menanyakannya? Kenapa harus dia yang menanyakannya?
0 Comments