Jika Cinta Dia

 

 

Assalamu'alaikum,

 

Saya ingin membiasakan satu kata itu di blog ini karena sekarang untuk mengucapkannya secara lisan sudah makin sulit. Entah itu karena akan membuat orang menganggap saya SKSD, atau memang saya lupa karena sudah makin jarang ucapan salam itu dibiasakan di lingkungan saya. Sepertinya dunia memang makin dekat dengan kiamat.

 

Hari ini saya ingin membagikan sebuah cerita. Cerita yang saya baca rutin sepekan sekali sejak akhir tahun lalu. Jadi sejak November tahun lalu, saya berlangganan Newsletter dari sebuah situs milik muslimah asal Singapura, Aida Azlin. Setiap Selasa, Aida akan mengirimkan sebuah email yang dia sebut Love Letter untuk semua pelanggannya di seluruh dunia. Tapi berbeda dengan bisnis digital zaman sekarang, Love Letter dari Aida adalah benar-benar sebuah surat cinta. Dia sampaikan dengan cinta setiap kisah hidupnya dan tentu saja refleksi dan hikmah dari semua cerita itu. Bahkan bisa dibilang, setiap isi Love Letternya itu adalah cerminan dari apa yang sedang/pernah saya rasakan.


Tadi saya lihat di inbox, ternyata email-email dari Aida sudah mencapai 40an. Terinspirasi dari email-email itu, saya merasa perlu untuk menuliskan juga hal-hal yang jadi bahan refleksi saya selama ini. Sebagai pengingat proses belajar saya, dan mudah-mudahan bisa menginspirasi teman-teman yang membaca tulisan ini.


***

Jika ditanya tentang iman, sebagai Muslim kita pasti akan mengatakan bahwa 'ya, saya beriman'. Atau setidaknya, kita akan mengidentifikasi diri kita sebagai seorang Muslim. Yang percaya kepada Allah sebagai Tuhan dan meyakini Nabi Muhammad saw sebagai RasulNya. Tapi seperti yang kita tahu, iman kita selalu turun naik dan perjalanan ruhani setiap orang tidak ada yang mulus. Suatu saat kita merasa sangat dekat denganNya tapi disaat yang lain kita harus berusaha keras bahkan hanya untuk melaksanakan ibadah-ibadah ringan. Dan setelah beberapa tahun menjalani proses yang banyak orang sebut dengan hijrah ini, saya pun mulai merasakan bahwa tingkat keimanan saya mulai stagnan.

 

Saya mulai penasaran, mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal saya berada di lingkungan yang Islami, mengajar Al-Qur'an dan bisa dibilang tidak pernah lepas dari aktifitas-aktifitas ruhani setiap hari. Entah mengapa, saya mulai rasa cinta di dalam hati mulai luntur. Saya tidak lagi bergetar ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur'an dilantunkan, malah mengoreksi kesalahan tajwid si pembaca. Saya juga tidak lagi tertarik ketika ada materi tentang Sirah Nabi Muhammad saw dan semua kisah para sahabatnya. Saya mulai curiga pada diri sendiri, jangan-jangan ada yang salah dengan hati ini?! Padahal jelas sekali, Rasulullah saw menyampaikan, "Tidak ada di antara kalian yang benar-benar beriman sampai aku lebih dicintainya melebihi ayahnya, anaknya, dirinya sendiri dan semua orang." (HR. Bukhari: 15, Muslim 44) Sering juga mendengarnya, kan?! Hadits ini yang membuat saya berpikir ulang, bagaimana cara mempraktikkan jenis cinta semacam ini?!


***

Setelah merenung cukup lama saya baru sadar, saya masih kurang mengenal beliau saw. Seperti pepatah kita mengatakan, 'tak kenal maka tak cinta' saya tak pernah memupuk lagi rasa cinta kepada Rasuullah saw. Saya merasa cukup hanya dengan membaca Sirah beliau, saya merasa sudah tahu banyak hanya dengan membaca sedikit Tarikh Khulafa', tapi saya masih belum benar-benar mengenal tentang pribadi beliau saw sendiri, pun keluarganya radhiallahu 'anhum

 

Konklusi dari semua itu mengarah pada sebuah petunjuk, 'sebagaimana saya berusaha meraih cinta Allah dengan mencintai Rasulullah saw, maka saya juga harus berusaha mencintai orang-orang yang dicintai oleh Rasulullah saw'. Ah, menulis ini saya jadi teringat lagi betapa cintanya Allah kepada Rasulullah saw sampai-sampai pengakuan terhadap kenabiannya jadi syarat muslimnya seseorang. Kita tidak bisa mendaku sebagai muslim jika hanya beriman kepada Allah tanpa beriman kepada Rasulullah saw. 

 

Maka saya mulai kembali menggali, mencari tahu tentang Rasulullah saw dan orang-orang yang dicintainya. Mulai dari orang tua dan keluarganya, istri-istrinya, anak-anaknya sampai akhirnya email dari Aida membuat saya tersadar. Bagaimana mungkin selama ini saya melewatkan Fathimah ra?!

 

Baca juga : Reading List Juni 2020

 

***

Adalah sebuah hadits, yang selama ini kita mengkajinya untuk menangkal poligami. 😁 Tapi saya ingin membahasnya melalui sudut pandang yang berbeda. Rasulullah saw mengatakan berkaitan dengan anak kesayangannya Fathimah ra, "Barangsiapa yang menyakitinya, maka dia telah menyakitiku. Barangsiapa yang membuatnya marah, maka dia membuatku marah. Barangsiapa yang membuatnya bahagia, maka dia telah membuatku bahagia, dan barang siapa yang membuatnya bersedih, maka dia membuatku bersedih." Jika mau memikirkannya lebih dalam, dari perkataan ini kita bisa tahu betapa besar cintanya Rasulullah saw kepada Fathimah ra. Dan apapun yang dicintai Rasulullah saw juga dicintai Allah swt.

 

Saya mulai mengkritik diri sendiri karena menyadari bahwa saya tidak terlalu mengenal sosoknya. Mungkin banyak diantara kita juga begitu familiar dengan Khadijah ra bahkan menjadikannya sebagai sosok idola. Tapi, let me tell you... Fathimah ra adalah pemimpin para wanita di surga. Bagaimana mungkin kita --MUSLIMAH-- mengaku sebagai muslimah yang bercita-cita masuk surga tapi tidak mengenal siapa yang akan jadi pemimpin kita di surga nanti?!

 

Sejak saat itu, saya pun mulai mencari buku, kajian dan apapun yang membahas tentang Fathimah ra. Sayangnya, seperti yang disampaikan Aida dalam emailnya, tidak terlalu banyak buku maupun kajian yang membahas sosok Fathimah ra secara spesifik. Sampai suatu saat Imam Omar Suleiman dalam seriesnya di YouTube membahas tentang Fathimah ra, dua video yang membuat saya benar-benar merasa kembali bergetar ketika mendengar kisah yang berkaitan dengan Rasulullah saw. 

 

***

Sayangnya, sampai saat ini saya masih belum berhasil membeli/membaca buku tentang Fathimah ra. Beberapa buku sudah masuk wishlist tapi saya belum yakin untuk membelinya karena saya belum menemukan review yang meyakinkan. Simply karena saya hanya ingin membaca dari sumber yang shahih dan benar pemikirannya. Seperti kita tahu, banyak golongan yang memanfaatkan keluarga Rasulullah saw untuk menanamkan ideologi yang malah menyesatkan. 

 

Bagi kalian yang punya rekomendasi buku, kajian atau podcast yang membahas tentang Fathimah ra, feel free untuk kasih tahu di kolom komentar. Mudah-mudahan kita semua selalu bersemangat untuk menumbuhkan cinta kepada segala sesuatu yang dicintai dan membawa kita pada cinta Allah swt.

Post a Comment

0 Comments