Setelah membaca status salah seorang teman di grup, saya
kembali teringat pada satu nama yang mungkin tak banyak –atau memang
tidak- dikenal oleh kita semua. Bertepatan dengan hari Kartini yang
identik dengan gerakan perempuan, saya ingin berbagi tentang satu tokoh
yang tak bisa kita lupakan begitu saja dari catatan sejarah gerakan
perempuan di Indonesia. Dialah Rohana Kudus, jurnalis wanita pertama di
Indonesia yang pengaruhnya menjadi pembicaraan hingga Eropa.
Beliau
adalah kakak tiri dari Perdana Menteri Indonesia yang pertama yaitu
Soetan Sjahrir, dan bibi dari penyair Chairil Anwar. Ia juga merupakan
sepupu dari H. AgusSalim. Lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat tanggal 20 Desember1884, Rohana Kudus merupakan seorang wanita
muslimah yang sangat taat menjalankan ajaran agamanya, dengan giat
memelopori emansipasi wanita. Beliau adalah seorang pendidik wanita yang
berusaha untuk memperbaiki nasib kaum wanita Indonesia. Di samping itu
juga, ia adalah guru agama dan guru kerajinan wanita.
Saya
mengenalnya sekitar 4 tahun yang lalu, ketika membuka-buka buku lama di
perpustakaan kampus. Ketika menemukan salah satu tulisannya, saya
tertegun dan sempat menuliskannya di buku dan status fb. Bagi saya,
Rohan Kudus adalah salah satu sosok yang pantas menjadi idola bagi
pegiat jurnalisme di Indonesia.
Saat ini sudah mulai
banyak situs yang memuat biografi tentang Rohana Kudus. Bahkan di
Wikipedia pun telah tertulis jelas apa saja yang pernah diperbuat oleh
Rohana Kudus ketika memperjuangkan emansiasi wanita dan ikut merebut
kemerdekaan Indonesia.Tulisan-tulisannya telah membakar semangat juang
para pemuda. Rohana pun memelopori berdirinya dapur umum dan badan
sosial untuk membantu para gerilyawan. Dia juga mencetuskan ide bernas
dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi melalui
Ngarai Sianok dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan
buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api.
Sebagai
wanita, Rohana tak pernah sibuk dengan urusan isu kesetaraan gender.
Tapi ia justru langsung bergerak memelopori gerakan pendidikan bagi
kaumnya agar melek intelektual. Itu yang menurut saya patut dicontoh
dari para pahlawan wanita kita. Sedikit bicara, banyak bekerja –atau
seperti Rohana Kudus dan Kartini-banyak menulis agar ada yang terwaris.
0 Comments