Transform



Tadi pagi suami saya bilang, film Transformer 5 kok belum tayang juga di XXI Bandarlampung. Padahal rilis di Indonesianya sejak bulan April. Saya bilang aja kalo dia ketinggalan informasi. Bisa saja sebenarnya film itu sudah tayang sejak lama tapi kami ketinggalan. Dalam hati sebenarnya saya ingin bilang, 'sudah tua masih juga nggak berubah. daripada mikirin nonton film di bioskop kan uangnya mending buat beli susu atau yang lain?'

Umur boleh bertambah, tapi banyak hal dari diri suami saya yang tidak berubah. Sepertinya begitu. Sudah hampir 4 tahun menikah --belum lama-- tapi masih begitu-begitu saja. Seringkali saya mengkritiknya yang menurut saya tidak kunjung jadi dewasa padahal sudah beranak dua.

Lalu baru saja saya tersadar kalau saya juga sama saja. Melihat-lihat tulisan lama saya di blog ini membuat saya 'ngeh' kalau ternyata saya masih sama saja seperti dulu. Dalam hal mengelola hati terutama, saya masih sama saja seperti 5 tahun lalu. Padahal harusnya saya sudah lebih dewasa karena anaknya sudah dua. Dan gara-gara melihat tulisan-tulisan lama, saya akhirnya mengurungkan niat untuk menghapus mereka. Mungkin ada beberapa saja yang akan saya hapus karena tidak perlu 'tampil' dan beberapa lagi akan saya pindahkan ke blog yang baru.

Ngomong-ngomong tentang perubahan, sepertinya memang ada sesuatu dalam diri manusia yang tidak bisa berubah. Saya banyak menemui orang-orang yang mengalami tranformasi signifikan dalam hidupnya tapi pada hal-hal mendasar mereka tetap seperti itu saja, sama seperti ketika mereka belum 'berubah'. Sifat, misalnya. Orang yang keras kepala biasanya akan tetap keras walaupun sudah berada di lingkungan yang lembut. Begitu juga sebaliknya. Saya, walaupun lama tinggal dengan orang minang tetap nggak suka dengan masakan padang. --nggak nyambung--

Transformasi yang saya rasakan tentang diri saya di blog ini adalah tentang cara saya mengungkapkan isi hati dan pikiran. Kalau dulu saya mungkin agak lebih malu-malu untuk cerita, jadi ceritanya malah seperti setengah-setangah. Tapi entah kenapa justru enak membacanya. Kalau sekarang saya lebih lepas ketika menulis, tapi sering banyak berpikir 'ini perlu nggak ya? ah ini lebay deh kayaknya.' Bahkan seringkali saya merasa kurang banyak paragraf untuk menulis. Aneh banget ya? Padahal ini blog punya saya sendiri, kenapa harus pusing dengan cara mengisinya?

Anyway, saya tetap senang melihat kenyataan bahwa ada yang berubah dari diri saya dalam hal positif. Hal itu membuat saya kembali sadar bahwa ada banyak nikmat yang harusnya disyukuri dan mestinya saya semakin semangat untuk menjalani hidup karena hidup saya sudah cukup sempurna. Kalau ada yang membaca tulisan ini dan kalian sedang bingung mencari inspirasi, saya akan katakan kepada kalian, "menulislah". Karena dengan menulis kita akan punya kenangan yang bebas imajinasi. Maksud saya, ketika kalian membaca tulisan itu sekian tahun ke depan, mungkin cara berpikirmu tidak akan sama lagi seperti ketika kamu menulisnya. Kamu akan sadar bahwa kamu sudah grow up, atau mungkin move up. Dan pada saat itulah kalian akan mensyukuri perubahan itu.

Post a Comment

0 Comments