Mimpi

Halo teman-teman.... Belakangan Qia sering sekali menyapa anak-anak pakai sapaan itu. Terdengar akrab dan lucu. Mungkin saya juga akan mulai memakai sapaan itu untuk tulisan-tulisan berikutnya. Oiya, rencana saya untuk menghapus postingan-postingan lama di blog ini semakin kuat loh, nggak tau kenapa ya?! Sepertinya banyak postingan atau tulisan yang sepertinya kurang bermanfaat. Jadi, sekarang saya masih terus dilema. Di satu sisi, saya ingin mengisi blog ini dengan hal yang penting-penting saja. Tapi di sisi lain, blog ini adalah digital diary buat saya. Semestinya wajar kan kalau isinya campur aduk?! Tapi baiklah, biarkan itu jadi pikiran saya sendiri.

By the way hari ini mood saya sedang bagus sepertinya. Walaupun tadi sempat marah-marah sama Qia beberapa kali karena alasan yang nggak jelas, buktinya saya bisa nulis sampai paragraf kedua ini kurang dari 5 menit. Yeeeeaaayyy... Seperti biasa, pakai gaya Qia. Hahaha.... Saya sampai hampir lupa mau nulis apa jadinya. Dan sebelum lupa lagi, saya mau ucapkan terima kasih dulu untuk kalian yang selama ini mau membaca tulisan-tulisan di blog ini. Kadang saya nggak percaya sih kalau lihat statistik blog, kok visitor blog sekarang banyak aja tiap hari. Dulu boro-boro dapet visitor sampe ratusan per hari, visitor 3 orang aja itu saya sendiri yang lihat. Sekarang, rata-rata per hari ada 200-500 visitor yang lihat blog saya. Apa sih sebenernya yang kalian cari di tempat ini?!

Oke, sebelum saya makin ngelantur lebih baik to the point aja ya. Jadi ceritanya saya ingin share lagi, iya lagi, mimpi-mimpi yang selama ini menggelayuti pikiran saya. Bukan mau di list satu-satu sih, tapi lebih ke --mengingatkan diri sendiri-- tentang mimpi-mimpi itu. Beberapa hari yang lalu saya abis diingatkan orang untuk kembali bermimpi. Kalian tahu kan?! Rutinitas itu benar-benar 'membunuh' orang-orang kayak saya yang cara berpikirnya lompat-lompat nggak jelas ini. Terbukti kan, berapa lama coba blog ini kosong?! Makanya saya sampai harus berterima kasih sama kalian karena pembaca yang udah cukup banyak ini -menurut saya- yang membuat saya semangat lagi untuk nulis.

Kalian percaya nggak sih sama doktrin-doktrin para motivator yang selalu nyuruh kita untuk bermimpi? Dulu waktu kecil kita juga sering kan ditanya apa cita-citanya? Kalau kalian pikir mimpi atau cita-cita itu cuma omong kosong, kalian harus pikir ulang. Saya mau sekalian kasih tau, mungkin buat murid-murid saya nih yang sampai sekarang masih galau sama masa depan. Jangan nunggu nanti-nanti untuk punya keinginan atau cita-cita. Kita sudah sering dengar kan kisah kesuksesan orang-orang yang punya mimpi? Itu bukan omong kosong. Saya membuktikannya.

Ada beberapa hal terjadi dalam hidup saya sebenarnya adalah apa yang saya mimpikan selama ini. Beberapa lagi di antaranya memang sangat saya nggak suka. Tapi hari ini saya mau bersyukur dulu. Misalnya kuliah. Ketika masih kecil, kuliah bukan sesuatu yang mustahil buat saya. Bahkan orangtua inginnya saya kuliah kedokteran. Tapi begitu remaja terutama ketika saya usia 14 tahun, impian untuk kuliah itu seperti musnah. Banyak sebabnya sih, tapi saya belum mau cerita. Yang jelas pas umur itu sepertinya mustahil banget untuk saya bisa kuliah. Boro-boro kuliah, bisa selesai SMA saja rasanya sudah luar biasa. Tapi saya nggak pernah membunuh mimpi untuk bisa kuliah. Dan, walaupun nggak bisa kuliah di kampus impian pada akhirnya saya tetap kuliah di jurusan yang saya inginkan. Pada saat itulah saya mulai percaya pada kekuatan mimpi. Hingga akhirnya saya terus menambah daftar mimpi sampai hari ini.

Kalian tahu nggak kalau saya pernah membatin untuk punya suami yang bukan orang Jawa? Nggak kan?! Soalnya saya nggak pernah cerita. LOL. Ya, saya dulu sempat punya keinginan untuk menikah dengan orang non Jawa saja. Alasannya simpel sih, karena saya nggak mahir berbahasa jawa halus. Kayaknya bakalan canggung kan dialog sama mertua Jawa kalau saya nggak bisa kromo inggil. Dan akhirnya saya terkena karma sepertinya, karena akhirnya malah menikah dengan orang Padang yang saya sama sekali nggak suka sama kulinernya. Peristiwa ini yang mengajarkan saya untuk nggak membenci sesuatu secara berlebihan. Sama seperti pekerjaan saya sekarang sebagai guru. Kalau mau jujur saya sama sekali nggak suka dengan profesi ini. Tapi,.... Oiya nggak akan saya bahas sekarang. Hehehe.... Labil sayanya, maafkan ya.

Nah, cerita saya hari ini cuma itu aja. Nggak ada yang spesial, cuma mau mengingatkan kembali ke diri sendiri untuk mengejar mimpi. Yang paling mendesak buat saya adalah menlanjutkan kuliah. Mohon doanya ya supaya mimpi yang satu ini bisa tercapai, biar saya bisa tidur pulas. Saya juga doakan semoga kalian yang punya mimpi atau cita-cita mulia bisa dimudahkan jalannya oleh Allah. See you...

Post a Comment

0 Comments