Menyambut tahun 2019 saya punya kegiatan baru yang ingin dilakukan, yaitu menggunakan bullet journal untuk membantu supaya urusan saya lebih rapi dan terorganisir. Seperti yang sudah saya sampaikan di postingan kemarin, metode bullet journal ini saya temukan sekitar bulan November tahun lalu ketika sedang mencari referensi doodle untuk membuat gambar bersama Qia. Secara nggak sengaja saya nemu sebuah foto halaman planner yang banyak doodlenya. Karena penasaran saya lalu mengeksplor foto sejenis dan akhirnya tahu bahwa itu adalah salah satu spread dalam sebuah bullet journal.
Long story short, saya makin tertarik ketika melihat foto halaman expense log yang merupakan catatan pengeluaran bulanan. Saya langsung teringat waktu awal-awal dulu tinggal di Bandarlampung, sekitar tahun 2006. Dulu saya sempat kaget karena ternyata di kota kangkung dan daun singkong dijual di pasar. Iya senorak itu. 😅 Dan karena saya pikir hidup di Bandarlampung sangat mahal, saya selalu mencatat berapapun uang yang saya belanjakan. Dengan catatan itu, saya jadi bisa mengontrol pengeluaran berikutnya karena bisa mengevaluasi pengeluaran sebelumnya. Apakah yang dibelanjakan itu sesuai kebutuhan atau malah banyak mubazirnya.
![]() |
Sumber : Pinterest |
Jadi bullet journal itu apa?
Sayangnya informasi yang detail dan lengkap tentang bullet journal kebanyakan berbahasa inggris. Kalau kalian nggak masalah dengan bahasa silakan kunjungi situs asli bullet journal. Di sana dijelaskan A to Z tentang bullet journal secara sistem maupun aplikasinya. Tapi secara singkat, bullet journal adalah sebuah sistem perencanaan yang bersifat analog dan membantu kita untuk mengatur/melakukan aktifitas yang berulang atau rutinitas yang berulang menjadi lebih teratur, fokus dan terorganisir. Yang memopulerkan metode bullet journal pertama kali adalah Ryder Carrol.
Jadi mirip seperti buku agenda atau planner ya?! Iya, tapi bedanya bullet journal lebih fleksibel karena kontennya bisa kita sesuaikan sendiri sesuai kebutuhan. Kalau berdasarkan pengalaman saya dulu sering banget buku agenda yang dibeli banyak bolongnya karena konten yang ada nggak saya butuhkan. Atau pas mau ngisi sesuatu nggak ada tempatnya sehingga harus pakai buku lain.
![]() |
Sumber : Pinterest |
Apa isinya bullet journal?
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, bullet journal sangat fleksibel. Isinya bisa apa saja semau kita. Tapi pada dasarnya, ada beberapa hal yang umum ada di dalam bullet journal yaitu key, index, future log, monthly log, rapid logging dan collection. Nah apa lagi itu? Pelan-pelan ya, nggak ribet kok. Pokoknya isinya adalah elemen-elemen yang akan memudahkan kita dalam mereview dan merencanakan aktifitas keseharian. Misalnya planning selama setahun ke depan yang dibreak down ke jadwal bulanan, mingguan sampai harian. To do list, ide, tracker, koleksi film yang sudah/akan ditonton, daftar buku bacaan dll.
Dengan mencatat semua hal itu dalam satu buku, kita jadi lebih mudah mencari lagi kalau misalnya suatu saat mau mengevaluasi pencapaian bulan sebelumnya. Atau apakah rencana yang dibuat sudah terealisasi atau belum.
![]() |
Sumber : Pinterest |
Saya sendiri baru mulai berlatih membuat bullet journal bulan Desember lalu, dan gagal. 😅 Tapi saya tetap mau coba lagi karena menurut saya ini cara yang cukup efektif untuk membangun kebiasaan baik. Kalian mau coba juga?! Yuk mulai bareng saya.
4 Comments
Semangaat semoga bisa bergabung menjadi Bullet Journalist 🥰
ReplyDeleteAaaaah aku langsung kegirangan melihat komentarmu. Kayak fans ketemu artis mbak
Deleteaku juga lagi belajar dari kak ewa nih, soalnya biar lebih tertata kan ya mba. jelas tujuan akhirnya dan prosesnya
ReplyDeleteIya buatku memang dia satu-satunya rujukan tentang bullet journal di sini.
Delete