Dari Ummu Salamah ra, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda: Seorang perempuan jika meninggal dan suaminya meridhoinya, maka ia akan masuk surga.” (HR Ahmad dan Thabrani)
Setelah
menonton ending film Habibie-Ainun
(belum sempat lihat utuh), -ketika melihat Habibie begitu kehilangan pasca
meninggalnya Ainun- saya tidak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Bukan
hanya karena trenyuh pada kisah cinta mereka berdua, karena memang saya belum
melihat atau membacanya. Lebih dari itu, saya ingin jadi Ainun.
Setahu
saya, beberapa waktu berselang setelah Ainun meninggal, Habibie sempat linglung
dan begitu tenggelam dalam kesedihan karena mengalami Psikosomatis Malignant.
Sebagai seorang wanita, jujur saya sangat iri pada Ibu Ainun. Beliau sangat
beruntung, karena sang suami sangat mencintainya. Tentu saja bukan hanya karena
cinta yang utuh, tapi karena ridho sang suami yang insya Allah akan
mengantarkannya ke surga. Wallahu a’lam.
Saya
kemudian teringat kedua kakak lelaki saya. Sangat kebetulan, kedua kakak saya
ini mengalami hal yang serupa seperti Habibie, istri mereka meninggal. Hanya saja
yang berbeda adalah istri mereka meninggal setelah melahirkan anak kedua. Dan
seperti Ainun, kedua kakak saya pun ridho pada kematian istrinya. Alangkah romantis.
Mendapat
ridho dari suami bukanlah hal yang sulit, sepertinya jika saya lihat dari kedua
kakak ipar saya almarhumah. Dan mungkin bisa jadi pelajaran bagi kita semua,
bahwa ternyata keridhoan yang didapat mereka itu bukanlah ujung dari cinta yang
tertanam selama mereka bersama. Akan tetapi justru adalah pangkal dari cinta
yang tumbuh kemudian. Jadi, alurnya adalah mereka memulai pernikahannya dengan
sama-sama ridho terhadap pasangannya dan karena ridho itulah maka kemudian
mereka bisa saling mencintai hingga rumah tangga mereka selalu diliputi
kebahagiaan meski hanya beberapa tahun. Dan justru karena hanya berlangsung
sesaat itulah maka kemudian mereka begitu sulit melupakannya.
Bersyukurlah
kita yang telah memahami konsep pernikahan islami yang diajarkan Rasulullah
saw. Insya Allah dengan tarbiyah yang telah membina kita selama ini, kita mampu
menjadi istri yang ridho terhadap suami kita nanti dan juga mendapat ridho dari
suami sehingga mengantarkan kita menuju surga Allah swt, sekaligus juga membuat
cemburu para bidadari. Serta juga membuat iri wanita-wanita lain di dunia.
Dan
bersedihlah, jika ternyata kita selama ini masih jauh dari gambaran istri
shalihah. Masih kadangkala membuat suami menahan amarahnya, dan menguji
kesabarannya. Sungguh, membangun rumah tangga pastilah membutuhkan ilmu dan
kelapangan hati dalam menjalaninya. Maka marilah berdoa –bagi yang belum dan
akan menikah- agar Allah berkenan memberikan untuk kita suami yang penuh
pengertian dan mau membimbing kita menjadi istri yang diharapkannya; penyejuk
mata, menjaga kehormatan, dan penenang bagi gundah hatinya.
Akhirnya, saya
kembali tak bisa menahan air mata mengingat
ketika saya berziarah bersama kakak di makam istrinya empat tahun lalu –tiga
hari setelah kematiannya-. Di situ, di tepi makam istrinya, kakak saya dengan
suara bergetar berkata pada saya, “selama mbakmu jadi istri mamas, dia nggak
pernah membuat mas marah. sore ini, di sini kamu yang jadi saksinya, mamas
ridho dengan kematiannya.”
0 Comments