Tentang Aksi Bela Qur'an Hari Ini; Sikap Saya

Beberapa hari belakangan media sosial ramai dengan berita aksi bela qur'an yang akan dilaksanakan hari ini, 4 November 2016. Terus terang tangan saya juga gatal ingin ikut meramaikannya, tapi entah kenapa ada rasa malas untuk membahasnya di media sosial. Malas jika nanti kemudian saya memposting dengan tema itu, akan memicu komen-komen yang tidak baik. Karena teman-teman saya di media sosial berasal dari kalangan yang berbeda-beda, dengan pemikiran yang berbeda juga, tentunya agama mereka juga bermacam-macam. Makanya saya memilih untuk menulis di sini, supaya lebih privat. Dan kalaupun ada yang tidak setuju dengan apa yang saya tulis di sini, saya bisa lebih personal dalam menanggapinya.

Jika ditanya bagaimana sikap saya terhadap Aksi Bela Qur'an yang katanya dihadiri jutaan Muslim dari seluruh penjuru Indonesia hari ini, jelas sikap saya pasti mendukungnya. Saya sendiri tidak perlu melakukan analisis panjang lebar tentang kasus penghinaan terhadap Al-Qur'an yang dilakukan Gubernur Jakarta beberapa waktu lalu. Saya sudah menonton videonya, dan saya sangat setuju bahwa peristiwa ini akan menunjukkan kepada kita siapa yang beriman, siapa yang hanya cari aman.

Sebagai guru Al-Qur'an saya bahkan akan sangat tersinggung dan marah jika anak-anak murid saya memegang Al-Qur'an tanpa memperhatikan adab-adabnya. Saya akan merasa sangat risih jika teman saya yang sedang 'mengejar' 1 juznya tanpa rasa malu membaca Al-Qur'an disela-sela obrolan kami. Seolah-olah dia samakan Al-Qur'an dengan novel. Apalagi ini, dengan jelas Gubernur Jakarta itu mengatakan bahwa Al-Qur'an sebagai alat untuk berbohong dan membodohi orang-orang. Alangkah bodohnya dia, mengatakan sesuatu yang pasti akan langsung mengusik keimanan orang-orang yang masih punya keyakinan kuat di hatinya.


Analogi yang sangat bagus menurut saya ketika membaca postingan salah seorang blogger di sini yang mengajak kita mengandaikan penghinaan itu terjadi pada ibu kita. Kalau kalian, melihat dan mendengar ibu kalian dihina apakah akan diam saja? Dan dengan mudah memaafkan orang yang menghina ibu kita itu? Mungkin saja dia khilaf kan?! Toleransi macam apa itu?

Saya bahkan sampai tak habis pikir ketika salah satu teman di facebook kemudian menulis status yang memojokkan orang-orang yang berdemo hari ini. Padahal beliau adalah orang berpendidikan, dan saat ini sedang ada di Amerika. Gaya bertuturnya halus, ya seperti orang yang berpendidikan. Tapi saya bisa bilang bahwa dia kekurangan -kalau tak boleh dibilang tidak punya-- iman. Melarang Muslim melakukan demonstrasi dengan dalil bahwa memaafkan lebih utama, sambil tanpa malu mengatakan, 'bukankah Rasulullah saw sangat pemaaf?'. Bahkan saya sangat yakin, kalau Rasulullah masih hidup, tak perlu menunggu 4 November untuk mengusir gubernur itu dari Indonesia.

Mungkin tulisan saya kali ini terbaca sangat emosional dan tendensius. Terus terang saya tak peduli. Sebagai muslim, sebagai guru agama saya setidaknya sedikit banyak tahu bagaimana cara mengelola marah yang sesuai syari'at. Dan saya memilih untuk melampiaskan marah saya di sini. Di blog saya, milik saya sendiri. Dan alhamdulillah, saya juga tidak serta merta mendukung aksi bela Al-Qur'an tanpa alasan mendasar. Bagaimanapun, bertindak tanpa pertimbangan akal bukanlah ciri seorang muslim.

Bukan kapasitas saya untuk menjelaskan alasan diperbolehkannya melakukan demonstrasi terkait hal ini. Semestinya bagi orang yang mata hatinya masih bisa melihat, turunnya guru-guru kita bergabung dalam aksi ini sudah cukup menjadi jawaban atas kebingungan kita. Sungguh tidak mungkin mereka melakukan itu jika memang tidak ada sesuatu yang darurat dalam pertimbangan mereka. Dan bagi guru kita yang lain, yang memilih tidak ikut aksi tentu punya alasan juga atas ketidakhadiran mereka. Saya berbaik sangka, insyaallah.

Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh Islam yang melarang melakukan demonstrasi? Bagi saya tidak perlu lagi menanggapi ucapan-ucapan mereka, karena orang-orang seperti mereka sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an, persis setelah ayat kontroversial yang disinggung oleh gubernur itu; Al-Maidah 51.

"Maka kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit segera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada rasulNya), atau sesuatu keputusan dari sisiNya, sehingga mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka." Al-Maidah 52
Terakhir, saya selipkan sebuah video yang semoga saja bisa memberi penjelasan dengan lebih baik untuk kita semua, berkaitan dengan aksi bela Qur'an ini. Semoga keimanan tetap terjaga dalam hati kita dan semoga Allah mematikan kita dalam keadaan beriman. Aamiiiin.


Post a Comment

0 Comments