Tiap ayunan langkah, kueja
ribuan bait puisi, tentang kisah yang tak pernah kuketahui ujungnya,
yang tersembunyi rapi namun selalu kucari.
Sementara belum selesai kukumpulkan lembar-lembar hikmah, masih terbata kubaca makna, telah harus kuterjemahkan rasa yang menyilangkan rindu dalam qalbu.
Pada pagi yang berseri, diam-diam kutitipkan doa meski tak bersama harap. Kusekap himpunan rasa dan serpihan cinta hingga mengendap. Menumbuhkan bunga yang kelak kau petik rangkai terbungkus akad.
Meski kau tetap berlalu, jauh meninggalkan senarai beku di jalanku yang ternyata menuju arahmu.
Tanpa sadar,
Tertulis namamu pada tiap jejak yang kutinggalkan,
Sejauh langkah mengupayakan pisah, geletar bisik kerinduan perlahan menghimpun resah di hati yang berjuang pasrah.
Namun waktu adalah sebenar jawab atas sejuta tanya di jiwa. Tentang cinta yang tak pernah terlisan kata. Karena Ia telah menampakkan yang tersembunyi, tentang kisah yang selama ini kucari.
Bandarlampung, 15 September 2013
-tiga minggu menunggu-
Sementara belum selesai kukumpulkan lembar-lembar hikmah, masih terbata kubaca makna, telah harus kuterjemahkan rasa yang menyilangkan rindu dalam qalbu.
Pada pagi yang berseri, diam-diam kutitipkan doa meski tak bersama harap. Kusekap himpunan rasa dan serpihan cinta hingga mengendap. Menumbuhkan bunga yang kelak kau petik rangkai terbungkus akad.
Meski kau tetap berlalu, jauh meninggalkan senarai beku di jalanku yang ternyata menuju arahmu.
Tanpa sadar,
Tertulis namamu pada tiap jejak yang kutinggalkan,
Sejauh langkah mengupayakan pisah, geletar bisik kerinduan perlahan menghimpun resah di hati yang berjuang pasrah.
Namun waktu adalah sebenar jawab atas sejuta tanya di jiwa. Tentang cinta yang tak pernah terlisan kata. Karena Ia telah menampakkan yang tersembunyi, tentang kisah yang selama ini kucari.
Bandarlampung, 15 September 2013
-tiga minggu menunggu-
0 Comments