Ketika Akhwat Naik Gojek

Entahlah, tiba-tiba pikiran ini mengganggu saya. Ketika menyadari ada beberapa kenalan yang saya ketahui sering memakai jasa Gojek untuk bepergian. Ingatan saya langsung terbang ke masa lalu, dimana kami para akhwat dulu sangat tabu untuk dibonceng laki-laki yang bukan mahramnya.

Apakah saya terlalu berlebihan? Apakah zaman kini telah berubah? Apakah beda rasanya dibonceng mamang gojek dengan dibonceng laki-laki lain yang bukan tukang ojek. Tapi yang saya ingat dulu, tak begitu. Saya dengar pernah ada 2 orang akhwat yang order ojek pangkalan. Mereka mengendarai satu motor berdua, mamang ojeknya naik motor satunya lagi berdua. Tak rela mereka dibonceng tukang ojek.

Saya pun masih ingat, ketika saya dan seorang teman baru pulang dari Cilegon dini hari waktu itu. Ada 2 ojek menawari untuk mengantar kami. Sayangnya, kami tak bisa mengendarai motor. Kami memilih berjalan kaki menuju kosan sejauh lebih dari 1000meter jauhnya dari tempat kami. Pagi buta, jauh dari subuh. Berdua kami menyeret koper menyusuri jalan yang sepi.

Lalu apa yang terjadi hari ini? Entahlah. Itu yang memang sedang saya pertanyakan dalam hati dan pikiran. Meskipun saya sendiri tak pernah mengharamkan berboncengan dengan lelaki, tapi jika bisa dihindari pasti saya pilih opsi lain. 

Mungkin tampak terlalu idealis. Pada akhirnya harus bayar lebih mahal untuk memesan GoCar atau sejenisnya. Padahal saya juga bukan orang berlimpah materi. Entahlah.

Entahlah. Ada banyak hal di masa ini yang sering membuat saya tak habis pikir. Mungkin zaman yang bergulir begitu cepat. Apa yang dulu dianggap tabu, kini bisa dilakukan di sembarang tempat. Saya hanya penasaran, adakah yang punya pemikiran sama seperti saya?

Post a Comment

0 Comments